Sabtu, 14 Februari 2009

KURVA SIGMOID -- FISIOLOGI TUMBUHAN

KURVA SIGMOID

_________

LAPORAN

OLEH

NIDA WAFIQAH NABILA M. SOLIN/070307014

INDRA MAULANA/070307010

BUDIDAYA PERTANIAN/PEMULIAAN TANAMAN

I / 09




LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

KURVA SIGMOID

_________

LAPORAN

Oleh

NIDA WAFIQAH NABILA M. SOLIN/070307014

INDRA MAULANA/070307010

BUDIDAYA PERTANIAN/PEMULIAAN TANAMAN

I / 09

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test

di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh:

Dosen Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc.)

NIP: 130 231 557

Diketahui Oleh: Diperiksa Oleh:

Asisten Koordinator Laboratorium Asisten Koordinator Group I

(Rimember A. Lubis) (Ani Megawati S.)

NIM: 040301014 NIM: 040301035

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Kurva Sigmoid” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Prof. Dr. Ir. J. M. Sitanggang, MP., Ir. Meiriani, MP., Ir. Lisa Mawarni, MP., Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., dan Ir. Haryati, MP. selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………………… 1

Tujuan Percobaan ………………………………………………………... 3

Kegunaan Percobaan …………………………………………………….. 3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman ………………………………………………………….. 4

Syarat Tumbuh …………………………………………………………… 5

Iklim ……………………………………………………………… 5

Tanah …………………………………………………………….. 6

Pertumbuhan dan Perkembangan ………………………………………… 7

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan …………………………………………… 9

Bahan dan Alat …………………………………………………………... 9

Prosedur Percobaan ……………………………………………………… 9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ……………………………………………………………………… 11

Pembahasan ……………………………………………………………… 12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ………………………………………………………………. 15

Saran ……………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang dimakan rakyat Indonesia pada umumnya. Kacang hijau mudah digunakan dan dimasak. Kecambah dari kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia dikenal sebagai tauge. Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun (http://id.wikipedia.org, 2008).

Kacang hijau dibawa masuk ke wilayah Indonesia terjadi pada awal abad ke-17 oleh pedagang China dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya terpusat di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an, mulai berkembang di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (Rukmana, 1997).

Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan konstribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional, dan 70% berasal dari lahan sawah. Potensi lahan kering di daerah tersebut yang sesuai ditanam kacang hiaju sangat luas. Tantangan pengembangan kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut (Sinar Tani, 2007).

Produksi tahunan diperkirakan 2,5-3 juta ton sekitar 5 juta hektar areal produksi. Produksi ini kira-kira 5% dari produksi seluruh kacang bijian (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kacang hijau telah menyebar di Asia Timur ini berguna sejak kacang mulai tumbuh, bagian kulit yang telanjang, atau sebagai bahan makanan dalam makanan oriental (Splittstoesser, 1984).

Keadaan agroekologi Indonesia amat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman kacang hijau. Pada masa mendatang, kemungkinan penyebaran kacang hijau meluas ke semua provinsi di wilayah nusantara. Peningkatan produksi kacang hijau nasional diramalkan sebesar 7.6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun 2000 sehingga pada akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia diharapkan mencapai 623.000 ton (Fitter dan Hay, 1991).

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).

Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul dan Guritno, 1995)

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari Pertumbuhan Kurva Sigmoid adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus).

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Rukmana (1997), kedudukan tanaman kacang hijau dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Leguminoles

Family : Leguminoceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus L.

Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah (Rukmana, 1997).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan, tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm – 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah (Rukmana, 1997).

Daun tanaman kacang hijau termasuk trifoliate (dalam 1 tangkai terdapat 3 helaian daun), letaknya berselingan, berbentuk bulat telur, berwarna hijau muda sampai hijau tua (Fahruddin, 2007).

Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan unjung lancip dan berwarna hijau (Rukmana, 1997).

Bunga membuah sendiri, menghasilkan polong sepanjang 5 – 10 cm dan diameter 0,5 cm yang matang 20 hari setelah berbunga. Polong mengandung 10 biji berwarna hijau kekuningan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Buah berpolong, panjangnya antara 6 – 15 cm. Tiap polong terisi 6 – 16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg, atau berat per seribu butir antara 36 g – 78 g berwarna hijau atau hijau mengkilat (Herklots, 1972).

Syarat Tumbuh

Iklim

Curah hujan optimal 50 – 200 mm per bulan. Temperatur 25º - 27º C dengan kelembaban udara 50 – 80 % dan cukup mendapat sinar matahari (Sinar Tani, 2007).

Kacang hijau dapat tumbuh di daerah iklim sedang dan hangat dan di daerah subtropik, serta pada ketinggian di bawah 2000 m dapat di daerah tropik. Tanaman ini rentan terhadap genangan, sebaliknya tahan terhadap kekeringan, dengan cara mempersingkat periode antara pembungaan dan pematangan (Somaatmadja, 1993).

Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi luas di berbagai daerah yang beriklim panas (tropik). Di Indonesia, kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Di daerah berketinggian 759 m dpl, kacang hijau masih tumbuh baik, tetapi hasilnya cenderung rendah (Rukmana, 1997).

Tanah

Tekstur tanah yang cocok untuk pertumbuhan kacang hijau adalah tekstur liat berlempung yang banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Struktur tanah gembur, memiliki pH sekitar 5,8 – 7,0. Tetapi pH yang paling optimal adalah pH 6,7 (Sinar Tani, 2007).

Kacang hijau akan tumbuh subur pada tanah liat atau tanah liat berpasir yang cukup kering dengan pH 5,5 – 7,0. Kacang hijau akan segera berbintil akarnya jika dinokulasi oleh galur Rhizobium yang berasal dari kelompok inokulasi silang kacang tunggal (Gardner dkk., 1991).

Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran Ph 5.8 – 6.5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah daripada 5.8 perlu dilakukan pengapuran. Fungsi pengapuran adalah untuk meningkatkan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan, serta meningkatkan pH tanah mendekati pH netral (Rukmana, 1997).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari udara direduksi menjadi karbon organik. Zat-zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam bentuk anorganik dan digabungkan ke dalam tanaman dan hasilnya. Hanya sejumlah kecil air diserap yang sebenarnya digabungkan ke dalam tanaman. Pertumbuhan merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total yang mengubah bahan-bahan mentah ini secara kimia dan menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Srigandono, 1991).

Ketika buah dan biji masak, buah dan biji terlepas dari tumbuhan tempat buah dan biji ini telah tumbuh dan berkembang. Pada tumbuh-tumbuhan dengan buah-buahan merekah, biji-bijianlah yang terpencar jauh dan luas sewaktu buah-buahan ini tumpah atau merekah terbuka. Jika buah-buahan ini tidak merekah, buah-buahan inilah (bukan biji-bijinya) yang terpencar. Pada beberapa kasus, struktur atau pola tingkah laku tumbuhan tertentu kemungkinan penyebaran buah-buahan dan biji-bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh angin, air, hewan dan oleh manusia. Jika keadaan memungkinkan, biji-biji ini akan berkecambah dan akan menimbulkan tumbuh-tumbuhan baru (Tepfer, 1989).

Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo, 1991)

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1992).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Pada hari Rabu, 20 Agustus 2008 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kacang hijau (Phaseolus radiatus) sebagai objek percobaan, topsoil, pasir dan kompos sebagai media tanam dengan perbandingan 2 : 1: 1, polibag sebagai wadah penanaman dan air untuk menyiram tanaman.

Alat yang digunakan adalah meteran dan penggaris sebagai alat untuk mengukur, batu bata sebagai lanjaran polibag, cangkul untuk menggemburkan tanah, label nama untuk menandai media yang digunakan, dan buku serta alat tulis untuk mencatat data.

Prosedur Percobaan

- Diisi media kedalam polibag, yaitu campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1

- Direndam benih yang hendak di tanam dalam air selama 15 menit

- Dibersihkan lahan dari gulma dan di susun dengan batu bata sebanyak 4 buah dengan 2 batu bata sebagai lanjaran tiap polibag

- Ditanam benih yang sudah di rendam pada polibag sebanyak 3 benih

- Diamati jumlah daun (helai) dan tinggi tanaman (cm) tiap minggu

- Dicatat data dan digambar grafiknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter : Tinggi Tanaman (cm)

No.

MST

Sampel

TOTAL

Rata-rata

1

2

1

27-08-2008

9

9.8

18.8

9.4

2

09-09-2008

18

18

36

18

3

17-09-2008

25

25.5

50.5

25.25

4

23-09-2008

30

28

58

29

5

30-09-2008

34

32

66

33

6

08-10-2008

39

36

75

37.5

7

14-10-2008

43

42.5

85.5

42.75

8

21-10-2008

45

43.7

88.7

44.35

9

28-10-2008

46

44

90

45

Parameter : Jumlah Daun (helai)

No.

MST

Sampel

TOTAL

Rata-rata

1

2

1

27-08-2008

2

2

4

2

2

09-09-2008

8

8

16

8

3

17-09-2008

15

15

30

15

4

23-09-2008

20

17

37

16.5

5

30-09-2008

25

20

45

22.5

6

08-10-2008

24

21

45

22.5

7

14-10-2008

18

12

30

15

8

21-10-2008

12

15

27

13.5

9

28-10-2008

12

13

25

12.5

Pembahasan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tinggi tanaman mengalami kenaikan, kenaikan mula-mula tidak begitu cepat, namun lama kelamaan terus meningkat yaitu dari rata-rata 9.4 cm menjadi 18 cm, kemudian 25.25 cm lalu 29 cm, 33 cm dan 37.5 cm. Kenaikan ini menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik. Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme.

Dari hasil pengamatan pada jumlah daun dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah daun lambat pada awalnya, tetapi kemudian meningkat, yang merupakan fase pertama dalam pertumbuhan. Fase selanjutnya yaitu pertumbuhan berlangsung secara konstan dimana rata-rata kedua sampel tetap pada minggu ke-5 dan ke-6 pengamatan, yaitu 22.5 cm. Fase ini dinamakan fase linier. Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa fase linear menunjukkan pertumbuhan yang berlangsung konstan.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada pengamatan jumlah daun, jumlah daun menurun dari minggu ke-7 menuju minggu ke-8 dan ke-9 yaitu dari rata-rata 15 helai menjadi 13.5 helai kemudian menurun lagi menjadi 12.5 helai. Ini karena pada saat itu, tumbuhan telah memasuki fase penuaan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiatus) jika digambarkan dalam grafik akan membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik pertumbuhan tinggi tanaman maupun jumlah daun. Keduanya dalam bentuk sigmoid. Hal ini sesuai dengan literatur Tjitrosomo (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S).

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tinggi tanaman mengalami kenaikan pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, pertumbuhan meningkat terus, dari 9.4 cm menjadi 18 cm kemudian menjadi 25.25 cm. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan berbanding lurus dengan ukuran organisme. Pada minggu ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7, pertambahan tinggi tanaman hampir konstan, yaitu dari 29 cm menjadi 33 cm menjadi 37.5 cm dan 42.75 cm. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan. Hal ini sesuai dengan literatur Srigandono (1991) yang menyatakan bahwa kurva menunjukkan ukuran kumullatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, laju pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus, laju berbannding lurus dengan ukuran organisme. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah daun mengalami kenaikan. Pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3, pertumbuhan daun meningkat, dari 2 helai menjadi 8 helai kemudian menjadi 15 helai. Pada saat ini tumbuhan mengalami fase logaritmik, dimana laju pertumbuhan (v) sejalan dengan waktu (t). Pada minggu ke-4, ke-5 dan ke-6, laju pertumbuhan berlangsung konstan, yaitu dari rata-rata 16.5 helai menjadi 22.5 helai dan tetap 22.5 helai pada minggu ke-6. Saat ini tumbuhan memasuki fase linear. Pada minggu ke-7, ke-8 dan ke-9, jumlah daun meurun, yaitu dari 15 helai menjadi 13.5 helai, kemudian menjadi 12.5 helai. Pada saat ini tumbuhan memasuki fase penuaan yang dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tinggi tanaman mengalami kenaikan. Kenaikan ini menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik.

2. Fase selanjutnya yaitu pertumbuhan berlangsung secara konstan. Fase ini dinamakan fase linear.

3. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada pengamatan, jumlah daun. Ini karena tanaman telah memasuki fase penuaan.

4. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun mengalami 3 fase perumbuhan, yaitu fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan.

5. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa laju pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun membentuk kurva sigmoid.

Saran

Sebaiknya praktikum menggunakan media tanam yang banyak mengandung bahan organik dan merawat tanaman dengan baik agar didapat hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Fahruddin, R., 2007. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius, Jakarta

Fitter, A.H dan R.K.M. Hay, 1991. Fisiologi Ligkungan Tanaman. Diterjemahkan

oleh Sri Andani dan Purbayanti. UGM-Press, Yogyakarta

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Diterjemahkan oleh H.Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Goldsworthy, P.R dan N.M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Herklots, 1972. Vegetables in South East Asia. George Allen Unatacted : London

http://id.wikipedia.org/wiki/2008/kacang-hijau/Diakses tanggal 19 Agustus 2008

Rubatzky, V.E dan Mas Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia. ITB-Press, Bandung

Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Jakarta

Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi Keempat.

ITB-Press, Bandung

Sinar Tani. 2007. http://sinartani.com/Kacang Hijau Alternatif Menguntungkan di

Tanam di Lahan Kering/diakses tanggal 19 Agustus 2008

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Somaatmadja, S. 1993. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta

Splittstoesser, W. 1984. Vegetable Growing Handbook. Mc Grow Hill Company,

New York

Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Uuniversitas Indonesia, Jakarta

Tepfer, S. 1989. Ilmu Pengetahuan Populer. Jilid 6. Grolier : PT Widyadara, Jakarta

Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa : Bandung

MST

Text Box: RATA-RATA

2 komentar: