Sabtu, 14 Februari 2009

VERMIKOMPOS

PROPOSAL

OLEH:

BAYU PERMANA/070307021

NIDA WAFIQAH NABILA M. SOLIN/070307014

ALDEBARAN RAIFINA/070307025

HERTINCE D. PASARIBU/070307018

ROZALIANA/070307035

BDP-PEMULIAAN TANAMAN



FTANIAN


LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.

Adapun judul proposal ini adalah “Vermikompos” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Guslim, M.S., Dr. Dra. Chairani Hanum, M.P., dan Nini Rahmawaty, SP. MP. selaku dosen mata kuliah Ekologi Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2009

Penulis

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………… 1

Tujuan Percobaan ………………………………………………… 3

Kegunaan Penulisan ……………………………………………… 4

TINJAUAN PUSTAKA

Kompos …………………………………………………………… 5

Manfaat Kompos Bagi Tanaman ………………………..... 5

Prinsip Pengomposan ………………………………........... 6

Vermikompos …………………………………………………….. 9

Bahan Organik ……………………………………………………. 12

Effective Microorganism (EM4) ………………………..... 12

Kotoran Ayam ……………………………………………. 13

Lamtoro …………………………………………………... 14

Kol/Kubis ……………………………………………….... 16

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat …………………………………………………… 17

Prosedur Percobaan ………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu cara untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan sekaligus menjaga ketersediaan unsur hara di dalam tanah, petani selalu menggunakan pupuk. Pada mulanya para petani menggunakan pupuk organik, akan tetapi setelah diperkenalkan pupuk sintesis, petani cenderung berubah haluan meninggalkan pupuk organiknya (Yuwono, 2006).

Kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami degradasi/ penguraian/pengomposan sehingga berubah bentuk dan tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan tidak berbau. Bahan organik ini berasal dari tanaman maupun hewan, termasuk kotoran hewan. Namun, khusus pupuk yang dibuat dari kotoran hewan disebut pupuk kandang (Indriani, 2001).

1

Dalam kurun waktu tertentu, hasil panen yang lebih banyak memang dapat dirasakan dan meningkat cukup tajam. Akan tetapi, penggunaan pupuk jenis ini dapat membawa dampak yang kurang baik, misalnya akan mengakibatkan tanah menjadi rusak (penggunaan yang terus-menerus akan mengakibatkan tanah menjadi keras), air tercemar, terjadi polusi udara, dan keseimbangan alam terganggu. Oleh karena itu, penggunaan kembali pupuk organik diharapkan dapat mengatasi masalah ini, salah satunya yaitu penggunaan pupuk kompos (Indriani, 2001).

Harga pupuk kimia yang semakin makin mahal membuat orang berfikir untuk menggunakan pupuk yang murah dan kaya akan bahan organik. Oleh sebab itu didapatlah gagasan mengenai kompos cacing (kascing). Itulah hasil penelitian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Denpasar. Tanaman yang ditanam menggunakan media bekas memelihara cacing (kascing) sebanyak 5 ton per hektar meningkatkan panenan sebanyak 28,088 ton per hektar. Padahal biasanya dengan pemberian 150 kg Urea, 250 kg ZA, 50 kg SP-36, dan 50 kg KCl hanya menghasilkan 12,826 ton per hektar (http://www.agrikultur.com, 2007).

Vermikompos adalah baja kompos yang terbentuk hasil dari pemeliharaan cacing di dalam kompos. Vermikompos mengandung najis cacing yang bercampur dengan bahan-bahan organik yang mereput seperti jerami padi, rumput dan lain-lain sisa bahan tanaman. Vermikompos mengandungi pelbagai unsur nutrient yang sangat sesuai untuk tanaman. Ia juga mengandungi mikroorganisma yang dapat membantu menguraikan sebatian kompleks kepada unsur yang boleh diambil oleh tanaman (www.blog_zool_ligakampung.com, 2009).

Kompos cacing adalah salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah dengan memanfaatkan sampah organik menjadi kompos yang merupakan pupuk organik ramah lingkungan dan cacing yang bernilai ekonomis tinggi. Cacing merupakan tabung pencerna sampah yang sangat efisien. Sampah organik masuk dari ujung depan dan kotoran yang keluar dari ujung belakangnya merupakan pupuk yang sangat baik bagitumbuhan. Cacing mencerna hampir seluruh sampah organik, dan lebih menyukai sampah organik yang telah melalui tahap pengomposan pendahuluan. Cacing sangat menyukai sampah organik jenis : sampah dapur, sampah kebun, kertas, potongan tumbuhan, bubuk teh dan bubuk kopi bekas, kotoran ternak, dan lain-lain (http://www.taranet.com, 2002).

Bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat isika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan eisiensi penyerapan P dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah (Pramono, 2004).

Bahan organik yang digunakan pada percobaan ini berupa daun kol yang telah busuk, tahi ayam dan batang pohon pisang. Daun lamtoro dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yang memiliki manfaat mempertinggi kandungan bahan organik tanah, mencegah erosi, serta mencegah leaching (Jumin, 2002).

Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui bahan yang terbaik sebagai media hidup cacing tanah yang menghasilkan kompos dengan unsur hara yang baik.

- Untuk mengetahui jumlah kandungan unsur hara yang digunakan.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kompos

Kompos merupakan hasil fermentasi atau hasi1 dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah, kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah.

Kompos dapat dibuat dari bahan yang sangat mudah ditemukan di sekeliling lingkungan kita, bahkan bahan yang kadang-kadang terpakai, seperti sampah rumah tangga, dedaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, batang, jagung dan kotoran hewan (Indriani, 2001).

Manfaat Kompos Bagi Tanaman

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:

  1. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan.
  2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai.
  3. Menambah daya ikat air pada tanah.
  4. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah.
  5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara.
  6. Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit.



5


  1. Membantu proses pelapukan bahan mineral.
  2. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia.
  3. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan

(Indriani, 2001)

Prinsip Pengomposan

Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). style=""> (Indriani, 2001).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan antara lain:

a. Ukuran bahan

Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil (Indriani, 2001).

b. Nilai C/N bahan

Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin singkat (Indriani, 2001).

Komposisi karbon (C) dan nitrogen (N) pada beberapa bahan organik tercantum pada tabel berikut:

Jenis Bahan

Rasio C/N

(g/g)

Kadar Air

(%)

Jumlah C

(%)

Jumlah N

(%)

Potongan kertas

Gulma

Daun

Kertas

Limbah buah-buahan

Limbah makanan

Serbuk gergaji

Kotoran ayam

Sekam alas

Kandang ayam

Jerami padi

Kotoran sapi

Urine manusia

20

19

60

170

35

15

450

7

10

100

12

-

85

85

40

10

80

80

15

20

30

10

20

-

6

6

24

36

28

8

34

30

25

36

20

-

0,3

0,3

0,4

0,2

0,2

0,5

0,08

4,3

2,5

0,4

1,7

0,9/100ml

(Sumber: Djuarnani, dkk., 2005:24)

Campuran dari beberapa bahan yang disebutkan pada tabel di atas dapat dihitung nilai rasio C/N-nya dengan contoh perhitungan sebagai berikut:

(Djuarnani, dkk., 2005)

Contoh: potongan kertas yang dicampur dengan serbuk gergaji dengan perbandingan 12:1 memiliki rasio C/N sebagai berikut

c. Kelembapan dan aerasi

Umumnya mikroorganismetersebut dsapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati (Indriani, 2001).

d. Temperatur pengomposan

Temperatur optimum yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55°C. Bila temperatur terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila temperatur relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja. Aktivitas mikroorganisme dalam pengomposan juga menghasilkan panas, sehingga untuk menjaga temperatur tetap optimal sering dilakukan pembalikan (Yuwono, 2006).

e. Derajat keasaman (pH)

Keasaman atau pH dalam tumpukan komps juga mempengaruhin aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik yaitu sekitar 6,5-7,5 (netral). Oleh karena itu dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan pH (Indriani, 2001).

f. Jumlah Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan

Beberapa spesies mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan terutama bakteri, jamur, dan actinomycetes. Sebagian besar dan mikroorganisme yang melakukan dekomposisi berasal dan bahan organik yang digunakan dan sebagian lagi berasal dan tanah (Yuwono, 2006)..

Vermikompos

Proses pengomposan ternyata dapat melibatkan hewan lain (organisme makro) seperti cacing tanah yang bekerja sama dengan mikroba dalam proses peruraian. Dalam hal ini, cacing memakan bahan organik yang tidak terurai, mebcapur bahan organik, dan membuat rongga-rongga aerasi. Kehadiran cacing dapat mempercepat penghancuran bahan organik oleh mikroorganisme. Peruraian oleh mikroorganisme disebut pengomposan atau composting, sedangkan keterlibatan cacing (vermes) dalam proses pengomposan disebut vermicomposting dan hasilnya disebut casting (Indriani, 2001).

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini (Mashur, 2001).

Vermikompos adalah bahan organik hasil dari campuran vermicast yaitu tahi cacing yang dikeluarkan selepas memakan sisa bahan tumbuhan dengan najis hewan tadi dengan tinggalan reputan bahan organik proses pereputan sepenuhnya oleh mikrob yang tidak sempat dimakan oleh cacing tetapi mengalami dekomposisi (http://www.tamanflora.com, 2007).

Adapun keunggulan dari vermikompos adalah sebagai berikut:

1. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik

2. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.

3. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.

(Mashur, 2001).

Vermikompos mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik. Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing, maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk casting. Agregat-agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah (Mashur, 2001).

Dalam bidang pertanian, jelas dipakai sebagai pupuk super dan penggembur tanah nomor wahid disebut sebagai Vermikompos. Kandungan nutrisinya terdiri dari nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%. Semua ini komposisi ini sangat sempurna dan diperlukan oleh tanaman (Ritopunto, 2008).

Cacing yang dapat mempercepat proses pengomposan sebaiknya yang cepat berkembang biak, tahan hidup dalam limbah organik, dan tidak liar. Dari persyaratan tersebut, jenis cacing yang cocok yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Phretima asiatica (Indriani, 2001).

Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak (Ritapunto, 2008).

Bahan Organik

Effective Microorganism (EM4)

Larutan effective microorganism 4 yang disingkat EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara aktif dalam menfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi (yeast), Actinomycetes (Indriani, 2001).

Bila ingin mempercepat proses pengomposan itu dapat ditambahkan larutan EM4 (Effective Microorganism) yang dijual di toko pertanian atau toko bahan kimia. Anda juga bisa menambahkan molase (limbah kecap), larutan gula merah, atau gula putih (Ritapunto, 2008).

Penggunaan bokasi EM secara rinci berpengaruh terhadap:

- Peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman

- Aktivitas hama dan penyakit/patogen dapat ditekan

- Peningkatan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dll.

- Fiksasi Nitrogen

- Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

(Nasir, 2009).

Kotoran Ayam

Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dari pupuk kandang alami lainnya maupun pupuk buatan, yaitu sebagai sumber hara makro dan mikro, dapat meningkatkan daya menahan air serta banyak mengandung mikroorganisme. Penguraian bahan organik oleh mikroorganisme dalam tanah akan membentuk produk yang mempunyai sifat sebagai perekat yang mengikat butiran pasir menjadi butiran yang lebih besar (http://www.pustaka.com, 2007).

Dengan kondisi tanah jenis lempung, pupuk kandang akan mampu meningkatkan unsur hara serta memperbaiki struktur tanah menjadi lebih ramah. Kotoran hewan yang memiliki unsur hara tinggi, seperti N 1,70 P205 1,90 dan kandungan K20 1,50 terdapat pada kotoran ayam, sapi, kuda, babi, domba dan kotoran ayam. Kandungan unsur hara tertinggi pada kotoran ayam terdapat pada bagian cair/urine yang tercampur dalam bagian padat (www.suara-karya.online.com, 2009).

Hara dalam pupuk kandang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak; lebih dari 70% N yang dimakan oleh hewan dapat dilihat dalam kotorannya, demikian juga kalium sebesar 80%. Di antara kotoran ternak, kotoran ayam mempunyai kandungan hara tertinggi, terendah sapi, sedangkan kotoran babi berada di antaranya (Sutanto, 2005).

Lamtoro

Menurut www.id.wikipedia.org (2009), lamtoro dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Mimosoideae
Genus : Leucaena
Spesies : L. leucocephala

Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. (http://www.wikipedia.com, 2007).

Lamtoro banyak mengandung unsur hara, daunnya mengandung protein, zat lemak, dan mimosin. Kemudian akarnya, bisa menyuburkan tanah di sekitarnya. Akarnya yang mengandung bakteri rizobium dapat mengikat unsur nitrogen dari udara bebas maupun dari dalam tanah. Berdasarkan penelitian, lamtoro mampu menghasilkan pupuk hijau yang mengandung tiga unsur NPK sehingga keberadaannya bisa menambah kandungan unsur hara dan cocok sebagai tanaman pelindung untuk tanaman utama (Anonimous, 2005).

Manfaat dari lamtoro adalah daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang dapat menyuburkan tanaman karena daun lamtoro memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi dibandingkan dengan daun-daun hijau lainnya. Disamping itu, tanaman ini juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung yang dapat memberikan unsur hara nitrogen bagi tanaman disekitarnya (http://www.agrobisnis.com, 2008).

Daun lamtoro dapat digunakan menjadi pupuk hijau yang memiliki manfaat, yaitu mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah sebagai pengganti yang telah habis diserap tanaman selama periode pengolahan tanah, Mengurangi leaching selama periode kosong antara dua objek agronomi yang dikelola, menambah nitrogen apabila yang dijadikan pupuk hijau adalah legumes, mengurangi erosi vertikal, dan mengurangi penyakit akar pada tanaman kapas (Jumin, 2002).

Kol/Kubis

Menurut www.id.wikipedia.org (2009), tanaman kubis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Magnoliopsida

Ordo:

Brassicales

Famili:

Brassicaceae

Genus:

Brassica

Spesies:

B. oleracea

Secara taksonomi, kubis termasuk spesies Brassica oleraceae, famili Cruciferae, sinonim Brassicaceae, ordo Brassicales (Rhoeadales), kelas Dicotyledoneae (Pracaya, 2001).

Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia (www.id.wikipedia.org, 2009).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kol (Brassica oleraceae), daun lamtoro (Leucaena leucocephala), Effective Microorganism (EM4), dan pupuk kandang ayam sebagai bahan organik pembuat kompos. Cacing tanah spesies Lumbricus rubellus sebagai pengurai bahan organik, dan air untuk melembabi bahan.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah paku dan palu sebagai alat pembuat kotak, buku sebagai tempat mencatat data, kalkulator sebagai alat bantu menghitung data, dan triplek atau kotak kayu sebagai wadah atau tempat hidup cacing.

Prosedur Percobaan

- Praktikan dibebaskan menetukan bahan media sebagai makanan cacing

- Bahan organik yang disediakan adalah bahan-bahan yang berserat tinggi seperti kol (Brassica oleraceae), daun lamtoro (Leucaena leucocephala), Effective Microorganism (EM4), pupuk kandang ayam, dan cacing jenis Lumbricus rubellus.

- Difermentasikan bahan selama 1 minggu. Media harus diangin-anginkan trelebih dahulu, disirami air dan dibalik sedikitnya 3 kali selama 2-3 minggu. Jika bahan media suda agak lembut baru dapat digunakan sebagai media cacing.

- Jumlah cacing Lumbricus rubellus yang digunakan untuk setiap kg bahan media adalah 60 ekor

- Waktu pembuatan 2 bulan setelah media difermentasikan

- Diambil data jumlah cacing setiap minggunya

- Dianalisis unsur hara hasil vermikompos pada akhir praktikum dengan menggunakan analisisis C/N.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2005. Lamtoro. Dikutip dari http://www.google.co.id. 1 Page.

Diakses tanggal 11 Februari 2009.

Djuarnani, N., Kristiani, dan B.S Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

http://www.agrikultur.com., 2007. Vermikompos. 1 Page. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

http://www.taranet.com., 2002. Vermikompos. 1 Page. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

http://www.tamanflora.com., 2007. Kascing. 1 Page. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

http://www.pustaka.com., 2007. Pupuk Kandang. 1 Page. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

http://www.wikipedia.org., 2007. Kompos. 1 Page. Diakses

tanggal 11 Februari 2009.

____________________., 2009. Lamtoro. 2 Pages. Diakses tanggal

12 Februari 2009.

____________________., 2009. Kubis. 2 Pages. Diakses tanggal

12 Februari 2009.

http://www.agrobisnis.com., 2008. Lamtoro. 1 Page. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

http://www.blog_zool_ligakampung.com, 2009. Diakses tanggal

11 Februari 2009.

Mashur., 2001. Vermikompos. Dikutip dari http://www.taranet.com. 1

Page. Diakses tanggal 11 Februari 2009.

Jumin, H. B., 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pracaya. 2001. Kol alias Kubis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pramono., 2004. Bahan Organik. Dikutip dari http://www.wikipedia.org. 1

Page. Diakses tanggal 11 Februari 2009.

Ritapunto. 2008. Vermikompos: Geli Tapi Berguna (1) Dikutip dari

http://www.id.wikimu.org. 2 Pages. Diakses tanggal 11 Februari 2009.

________. 2008. Vermikompos Pelahap Sampah Organik Skala Rumahan. 2

Pages. Diakses tanggal 11 Februari 2009.

Sutanto, R. 2005. Penerapan Pertanian Organik. P0enebar Swadaya, Jakarta.

Yuwono, D. 2006. Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.

5 komentar:

  1. You have a very good site, well constructed and very interesting scr888 download apk 2019 i have bookmarked you, hopefully you keep posting new stuff, many thanks

    BalasHapus

  2. I was very pleased 918kiss login to find this site.I wanted to thank you for this great read!! I definitely enjoying every little bit of it and I have you bookmarked to check out new stuff you post.

    BalasHapus
  3. This is really scr888 download apk 2019 great news. Thank you for sharing it with us!

    BalasHapus
  4. Good information and great post.  mega888 free download
    I like the website, and am sure to keep returning.

    BalasHapus
  5. Race Tech Titanium is a racing tech titanium design that can use a
    apple watch aluminum vs titanium forum › race-tech-t › forum › titanium vs platinum race-tech-t Jun 16, 2017 — Jun 16, 2017 The blue titanium cerakote Titanium, titanium wedding band a new design from a titanium granite long-time manufacturer of the world's biggest racing machine, the World's

    BalasHapus